Idul Qurban: Menyembelih Ego, Menumbuhkan Empati

oleh -94 Dilihat
oleh

Oleh: DR. H. Hasanudin SN, S.Ag., MM., M.Si.

Idul Qurban merupakan salah satu momen istimewa dalam kalender Islam yang tidak hanya memperingati peristiwa agung antara Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS, tetapi juga menjadi refleksi mendalam tentang makna keikhlasan, ketundukan, dan pengorbanan yang sejati. Dalam kisah yang terekam dalam Al-Qurโ€™an, kita belajar bahwa cinta kepada Allah SWT harus melampaui cinta kepada apapun, bahkan kepada anak yang sangat disayangi.

Makna yang paling dalam dari ibadah qurban bukan terletak pada banyaknya hewan yang disembelih, tetapi pada seberapa besar kesanggupan kita untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Ketika Nabi Ibrahim AS bersedia mengorbankan Ismail, yang dilakukan sejatinya adalah penyembelihan terhadap ego manusiaโ€”melawan kehendak diri demi taat kepada kehendak Ilahi. Dari sinilah ruh qurban sesungguhnya berasal.

Dalam kehidupan kita hari ini, semangat qurban perlu dihidupkan tidak hanya dalam bentuk penyembelihan hewan ternak, tetapi juga dalam pengorbanan waktu, tenaga, harta, bahkan kepentingan pribadi demi kemaslahatan umat. Menyembelih hewan memang mudah, namun menyembelih sifat tamak, angkuh, dan cinta dunia adalah qurban yang jauh lebih berat, tetapi sangat dibutuhkan.

Idul Qurban juga menjadi pengingat akan pentingnya kepedulian sosial. Islam tidak membiarkan kesenjangan tumbuh subur di tengah masyarakat. Qurban merupakan bentuk nyata dari distribusi berkah Allah, yang harus dirasakan pula oleh kaum dhuafa dan mereka yang jarang merasakan makanan bergizi. Dengan membagikan daging qurban, kita sedang menunaikan sebagian dari tanggung jawab sosial yang diajarkan Rasulullah SAW.

Lebih jauh, ibadah qurban mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap penderitaan sesama. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, meningkatnya angka pengangguran, dan banyaknya keluarga miskin yang hidup dalam kekurangan, semangat qurban adalah jawaban atas panggilan nurani untuk berbagi. Seorang mukmin sejati bukan hanya taat secara ritual, tetapi juga aktif dalam membangun keseimbangan sosial di sekitarnya.

Sebagai bagian dari ibadah yang sangat dianjurkan, qurban juga membentuk karakter muslim yang dermawan, ikhlas, dan bertanggung jawab. Qurban mengasah jiwa untuk tidak terikat secara berlebihan kepada harta dunia, karena sejatinya semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Dalam skala yang lebih luas, ruh qurban dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin umat. Seorang pemimpin seharusnya rela berkorban demi rakyat, bukan justru menikmati kekuasaan di atas penderitaan umat. Keteladanan Nabi Ibrahim AS patut menjadi cermin bagi siapa pun yang memegang amanah, agar selalu mengedepankan kepentingan ummat di atas ambisi pribadi.

Akhirnya, Idul Qurban adalah momentum untuk menumbuhkan empati, menyuburkan ukhuwah, dan mempertebal iman. Marilah kita sambut hari raya ini dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan semangat untuk terus berbagi. Karena sesungguhnya, qurban yang diterima Allah bukanlah sekadar daging dan darah, melainkan ketakwaan dan keikhlasan dari hamba-hamba-Nya yang tunduk penuh cinta.

Penulis adalah Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Banten

oleh
Editor: Putra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *