Oleh : Ustad Achmad
Di tengah gempuran arus modernisasi dan globalisasi, umat Islam diingatkan untuk kembali memperkuat akidah dan menjauhi segala bentuk kesyirikan yang terselubung. Dalam kajian Islam yang digelar di salah satu Masjid Raya, Ustaz Achmad mengupas tuntas dua istilah penting dalam Al-Qur’an yang sering terabaikan maknanya, yaitu “jibt” dan “thaghut”.
Mengutip firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 51:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 51)
Ustaz Achmad menjelaskan bahwa “jibt” adalah segala bentuk tahayul, sihir, perdukunan, dan kepercayaan khurafat yang tidak memiliki dasar dari wahyu. Sementara itu, “thaghut” mencakup segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, baik berupa manusia, benda, ideologi, maupun sistem yang menolak hukum Allah.
“Jibt dan thaghut adalah simbol penyesatan akidah. Ia bisa hadir dalam bentuk dukun, pemimpin zalim, bahkan paham sekuler yang meminggirkan hukum syariat. Inilah yang harus diwaspadai umat,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam konteks kekinian, “thaghut” bisa berbentuk sistem yang menggantikan hukum Allah, seperti hukum buatan manusia yang menghalalkan riba, zina, atau memperbolehkan pernikahan sesama jenis. Sedangkan “jibt” kini menjelma dalam praktik klenik yang dibungkus modernisasi, seperti konsultasi spiritual ke paranormal, jimat digital, dan ritual mistik online.
Kajian tersebut juga menegaskan bahwa tauhid tidak hanya sebatas meyakini Allah sebagai Tuhan, tetapi juga harus diiringi dengan penolakan total terhadap jibt dan thaghut. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 256:
“Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada tali yang sangat kuat…”
Mengakhiri kajian, Ustaz Achmad mengajak jamaah untuk memperkuat pemahaman aqidah dan tidak terjebak dalam arus kesyirikan terselubung.
“Jangan sampai kita bangga menjadi Muslim, tapi secara tak sadar masih bergantung pada jibt dan thaghut. Mari kembali kepada tauhid murni,” pungkasnya.
Catatan redaksi: Kajian ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat Muslim agar lebih berhati-hati dalam menyikapi fenomena spiritual dan sistem kehidupan yang bertentangan dengan syariat. Tauhid bukan hanya soal ibadah, tapi juga sikap terhadap segala bentuk kesyirikan yang menggerogoti kemurnian iman.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ